Entri Populer

Kamis, 12 Desember 2013

Doa Seorang Sahabat



 

Ketika aku menengok ke masa lalu, aku teringat bahwa aku juga punya cerita yang menyedihkan. Cerita yang kupikir lebih sedih dan lebih berat dibandingkan cerita yang orang lain miliki. Namun, aku tersadar bahwa ceritaku tak seberapa sedihnya jika dibandingkan dengan cerita lainnya setelah aku membaca sebuah buku berjudul “Aku Tidak Sendirian”. Sebuah buku yang berisi kumpulan kisah-kisah yang menyentuh tentang pengalaman pahit seseorang dan bagaimana cara ia mengatasinya.

Ada suatu kisah dalam buku tersebut yang membuatku tergugah. Kisah tentang seseorang yang mengalami permasalahan yang sangat berat hingga ia memutuskan mengakhiri hidupnya dengan meminum begitu banyak pil dan bagaimana ia bangkit dari keterpurukannya. Baru saja tuntas kubaca kisahnya, tiba-tiba malam itu juga aku mendapat kabar yang mengejutkan. Seorang teman baikku saat di bangku kuliah dulu sedang dirawat di rumah sakit dengan kondisi kritis karena ia mencoba bunuh diri dengan meminum HCL. Seperti petir di siang bolong, aku benar-benar shock dan tanpa sadar air mataku mengalir. Selama ini aku hanya melihat melalui televisi atau mendengar melalui radio tentang seseorang yang mencoba bunuh diri tapi kali ini kabar itu justru datang dari teman dekatku. Kabar yang tidak kupercaya awalnya, karena mengingat sifat dan kepribadian temanku yang begitu positif, ceria dan cerdas, aku tidak pernah berpikir bahwa ia bisa melakukan hal seperti itu.

Namun, setelah kurenungkan lebih jauh, aku yakin jika seseorang sampai mengambil jalan pintas tersebut, pastilah masalah yang dihadapinya sangat pelik. Memilih bunuh diri merupakan sesuatu yang tak dapat orang lain pahami. Oleh karenanya hampir sebagian besar orang akan menyalahkannya. Mereka tidak akan paham kecuali mereka berada pada posisinya dan mencobanya sendiri. Tapi aku bisa memahaminya dan tidak menyalahkan temanku atas tindakan yang dia lakukan karena aku tahu perasaan yang dialaminya, perasaan saat berdiri di tepi jurang keputusasaan dimana tak seorang pun ada disisimu untuk mengulurkan tangannya.

Aku yakin, sebelum ia memilih keputusan tersebut, ia pasti telah menimbang masak-masak tentang tindakannya selanjutnya. Akupun yakin saat itu ia menangis, berharap keluarga dan teman-temannya dapat menerima keputusan yang diambilnya. Aku tahu mungkin keputusan itu egois tetapi ketika kau berada pada posisi ingin bunuh diri, kau memang lebih memikirkan dirimu sendiri dibandingkan pendapat orang lain.

Seperti temanku, akupun pernah mengalami hal yang sama, ingin melakukan bunuh diri. Tapi, bedanya aku tak sampai melakukannya karena saat aku berniat, aku bertemu seseorang yang menyadarkanku bahwa bunuh diri adalah dosa yang amat besar. Jadi, kapanpun aku ingin melakukannya, aku pasti teringat kata-katanya dan urung melakukannya. Perlahan-lahan akupun mulai tegar dan menerima situasiku apa adanya dengan sering mengungkapkan apa yang kurasakan pada orang terdekatku. Hingga akhirnya aku sadar, bahwa selama ini aku seperti itu adalah karena aku tak bersikap terbuka dan meminta bantuan. Aku pun yakin, selama ini temanku menyimpan sendiri masalahnya hingga bertumpuk dan pada akhirnya meledak sehingga pada momen itu ia tak mampu mengatasinya dan memilih menghindar dengan cara bunuh diri.

Mungkin itu juga disebabkan oleh ketidakpedulian kami sebagai sahabatnya. Saat kami tahu bahwa ia pribadi yang tertutup dan tidak suka merepotkan orang lain sehingga cenderung akan memendam sendiri masalah yang dihadapinya. Kami tidak memberinya semangat dan perhatian, kami tidak menariknya dengan sekuat tenaga untuk keluar dari batas yang diciptakannya. Kami terlalu sibuk dengan kehidupan kami sendiri dan lupa bahwa ia menunggu kami sadar bahwa ia tidak baik-baik saja.

Oleh karenanya, ketika ia dalam kondisi kritis, aku hanya bisa berdoa agar Tuhan memberinya kesempatan sekali lagi untuk kembali dan menyelesaikan masalahnya. Bahwa aku tidak ingin ia pergi dengan cara seperti itu dan membawa beban dosa yang besar. Ketika ia kembali, aku berjanji dalam hati untuk membantunya seperti yang seharusnya seorang sahabat lakukan. Membantunya melewati segalanya, meyakinkannya walaupun banyak hal yang mungkin terasa mustahil dihadapi awalnya, kemungkinan melewatinya selalu ada. Bahwa segalanya akan baik-baik saja. Meyakinkannya bahwa ada banyak orang yang bersedia membantu dan menjadi tempatnya bersandar. Membantunya untuk pulih kembali walaupun prosesnya tidak mudah.

Jika Tuhan masih berkenan memberinya kesempatan, akan kupenuhi janjiku padanya. Semoga doaku dikabulkan oleh-Nya.

Minggu, 01 Desember 2013

Magnolia Coco ~ Penantian yang Berbunga Manis

Magnolia coco, mungkin kebanyakan orang tidak mengetahui tentang tanaman ini atau bahkan sudah lupa karena tanaman ini sudah jarang ditanam di kebun-kebun atau pekarangan rumah sebagai tanaman hias akhir-akhir ini. Tapi, tanaman ini mungkin masih bisa kita jumpai di halaman rumah para kolektor tanaman hias unik atau di kebun raya.

Magnolia coco adalah salah satu jenis tanaman cempaka dan di Indonesia lebih dikenal dengan sebutan cempaka telur atau cempaka gondok yang berasal dari Asia Tenggara. Walaupun demikian, jenis cempaka ini sedikit berbeda dengan cempaka kebanyakan karena ukuran pohonnya yang kecil (cocok ditanam di pot-pot) dan bentuk bunganya yang mirip seperti telur.

Magnolia coco
Nah, aku sangat beruntung karena di pekarangan rumahku ada tanaman tersebut. Aku mendapatkan bibitnya dari seorang temanku, kira-kira sekitar lima tahun lalu, saat aku masih duduk di SMA kelas 2. Temanku punya tanamannya di pekarangannya dan pohonnya cukup besar. Saat berkunjung ke rumahnya, aku tiba-tiba tertarik dengan bau harum yang menyengat. Aku bertanya padanya wangi apa yang kucium tersebut. Diapun langsung menunjuk ke arah tanaman Magnolia coco yang ditanam di pojok halamannya yang saat itu sedang berbunga dengan lebat. Aku bertanya, "Tanaman apa itu?" dan dia pun menjawab kalau itu adalah tanaman cempaka salak. Ya memang benar, ketika kucium bunganya...wanginya memang seperti salak Pondoh. Karena aku langsung suka dengan wanginya dan bentuk bunganya yang seperti telur, akupun meminta bibitnya. Berselang 2 bulan kemudian, diapun memberiku bibit hasil cangkokan bunga tersebut.

Selanjutnya aku menanamnya di pekarangan rumahku di Lombok. Berselang 3 bulan kemudian, tanaman tersebut berbunga untuk pertama kalinya. Semua keluargaku pun heboh karena baru pertama kali itu mereka melihat bunga cempaka dengan bentuk dan wangi yang khas.Akupun dengan bangga mengakui kalau bunga tersebut adalah milikku. Kemudian karena tanaman tersebut unik, maka ayahku pun memperbanyaknya dengan mencangkok dan menghasilkan 2 bibit tanaman lagi.

Beberapa bulan kemudian, aku dan keluargaku pun pindah ke Bali. Aku, ayah dan ibuku pindah dan tinggal di sekitar daerah Badung (dekat dengan tempat kerja ayah dan ibuku) sementara adik dan bibiku tinggal di rumahku di kampung yaitu di Singaraja. Sebagian besar tanaman dalam pot yang sebelumnya ditanam di rumahku di Lombok pun dibawa ke Singaraja dan hanya satu bibit tanaman cempaka salak saja yang kubawa ke tempat tinggalku sekarang.

Akan tetapi, setelah 4 tahun kutanam di tempat tinggalku sekarang, cempakanya tidak mau berbunga padahal sudah aku rawat dengan baik sementara bibit yang satunya yang ditanam di Singaraja malah rajin berbunga.

Namun, pada Bulan Agustus kemarin akhinya pohon cempakanya berbunga dan bunga pertamanya yang mekar besar sekali...hampir 2 kali ukuran normalnya. Nih beberapa foto yang kuambil dari sebelum dan sesudah bunganya mekar ^^...

kuncup bunga yang masih kecil

kuncup bunga yang seperti telur

mau mekar di sore hari

sudah setengah mekar

mekar penuh pada malam hari
setelah dipetik



Akhirnya setelah 4 tahun menunggu, penantianku tidak sia-sia karena pada akhirnya berbunga dengan wangi yang manis seperti salak ^^

Nah, bagi para pembaca yang berminat untuk menanam cempaka ini, ada kok yang jual bibitnya di daerah Batu - Malang. Atau kawan-kawan juga bisa pesan dan beli secara online di kebunbibit.com. Harga tanaman ini sekitar Rp. 136.000,- belum termasuk ongkir dengan tinggi 20-40 cm.