Ketika aku menengok ke masa lalu, aku teringat bahwa aku juga punya
cerita yang menyedihkan. Cerita yang kupikir lebih sedih dan lebih berat
dibandingkan cerita yang orang lain miliki. Namun, aku tersadar bahwa ceritaku
tak seberapa sedihnya jika dibandingkan dengan cerita lainnya setelah aku
membaca sebuah buku berjudul “Aku Tidak Sendirian”. Sebuah buku yang berisi
kumpulan kisah-kisah yang menyentuh tentang pengalaman pahit seseorang dan
bagaimana cara ia mengatasinya.
Ada
suatu kisah dalam buku tersebut yang membuatku tergugah. Kisah tentang
seseorang yang mengalami permasalahan yang sangat berat hingga ia memutuskan
mengakhiri hidupnya dengan meminum begitu banyak pil dan bagaimana ia bangkit
dari keterpurukannya. Baru saja tuntas kubaca kisahnya, tiba-tiba malam itu
juga aku mendapat kabar yang mengejutkan. Seorang teman baikku saat di bangku
kuliah dulu sedang dirawat di rumah sakit dengan kondisi kritis karena ia
mencoba bunuh diri dengan meminum HCL. Seperti petir di siang bolong, aku
benar-benar shock dan tanpa sadar air mataku mengalir. Selama ini aku hanya
melihat melalui televisi atau mendengar melalui radio tentang seseorang yang
mencoba bunuh diri tapi kali ini kabar itu justru datang dari teman dekatku. Kabar
yang tidak kupercaya awalnya, karena mengingat sifat dan kepribadian temanku
yang begitu positif, ceria dan cerdas, aku tidak pernah berpikir bahwa ia bisa
melakukan hal seperti itu.
Namun, setelah kurenungkan lebih jauh, aku yakin jika seseorang
sampai mengambil jalan pintas tersebut, pastilah masalah yang dihadapinya
sangat pelik. Memilih bunuh diri merupakan sesuatu yang tak dapat orang lain pahami.
Oleh karenanya hampir sebagian besar orang akan menyalahkannya. Mereka tidak
akan paham kecuali mereka berada pada posisinya dan mencobanya sendiri. Tapi
aku bisa memahaminya dan tidak menyalahkan temanku atas tindakan yang dia
lakukan karena aku tahu perasaan yang dialaminya, perasaan saat berdiri di tepi
jurang keputusasaan dimana tak seorang pun ada disisimu untuk mengulurkan
tangannya.
Aku yakin, sebelum ia memilih keputusan tersebut, ia pasti telah
menimbang masak-masak tentang tindakannya selanjutnya. Akupun yakin saat itu ia
menangis, berharap keluarga dan teman-temannya dapat menerima keputusan yang
diambilnya. Aku tahu mungkin keputusan itu egois tetapi ketika kau berada pada
posisi ingin bunuh diri, kau memang lebih memikirkan dirimu sendiri
dibandingkan pendapat orang lain.
Seperti temanku, akupun pernah mengalami hal yang sama, ingin melakukan
bunuh diri. Tapi, bedanya aku tak sampai melakukannya karena saat aku berniat,
aku bertemu seseorang yang menyadarkanku bahwa bunuh diri adalah dosa yang amat
besar. Jadi, kapanpun aku ingin melakukannya, aku pasti teringat kata-katanya
dan urung melakukannya. Perlahan-lahan akupun mulai tegar dan menerima
situasiku apa adanya dengan sering mengungkapkan apa yang kurasakan pada orang
terdekatku. Hingga akhirnya aku sadar, bahwa selama ini aku seperti itu adalah
karena aku tak bersikap terbuka dan meminta bantuan. Aku pun yakin, selama ini
temanku menyimpan sendiri masalahnya hingga bertumpuk dan pada akhirnya meledak
sehingga pada momen itu ia tak mampu mengatasinya dan memilih menghindar dengan
cara bunuh diri.
Mungkin itu juga disebabkan oleh ketidakpedulian kami sebagai
sahabatnya. Saat kami tahu bahwa ia pribadi yang tertutup dan tidak suka
merepotkan orang lain sehingga cenderung akan memendam sendiri masalah yang
dihadapinya. Kami tidak memberinya semangat dan perhatian, kami tidak
menariknya dengan sekuat tenaga untuk keluar dari batas yang diciptakannya.
Kami terlalu sibuk dengan kehidupan kami sendiri dan lupa bahwa ia menunggu
kami sadar bahwa ia tidak baik-baik saja.
Oleh karenanya, ketika ia dalam kondisi kritis, aku hanya bisa berdoa agar
Tuhan memberinya kesempatan sekali lagi untuk kembali dan menyelesaikan
masalahnya. Bahwa aku tidak ingin ia pergi dengan cara seperti itu dan membawa
beban dosa yang besar. Ketika ia kembali, aku berjanji dalam hati untuk membantunya seperti yang
seharusnya seorang sahabat lakukan. Membantunya melewati segalanya,
meyakinkannya walaupun banyak hal yang mungkin terasa mustahil dihadapi
awalnya, kemungkinan melewatinya selalu ada. Bahwa segalanya akan baik-baik
saja. Meyakinkannya bahwa ada banyak orang yang bersedia membantu dan menjadi
tempatnya bersandar. Membantunya untuk pulih kembali walaupun prosesnya tidak
mudah.
Jika Tuhan masih berkenan memberinya kesempatan, akan kupenuhi janjiku padanya. Semoga doaku dikabulkan oleh-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar